Alkisah diceritakan tentang seorang gadis
yang membenci dirinya sendiri bahkan setiap orangpun dia benci kecuali
seseorang yang selalu dia kasihi yaitu kekasihnya yang telah setia menemaninya.
Penyebab adanya kebencian dalam diri gadis itu tak lain adalah
ketidakmampuannya menerima kenyataan bahwa dia dilahirkan buta. Dalam hidup
sehari-harinya, ia selalu meratapi nasibnya yang dianggapnya sial tersebut.
Beruntunglah si gadis memiliki kekasih sangat penyabar
yang selalu menghibur dan menampung keluh kesah serta derita batinnya. Karena
cinta yang begitu dalam sehingga pemuda itu berniat untuk melamarnya. Namun apa
jawab si gadis, dia akan menerima lamaran itu bila dia telah dapat melihat
dunia dengan kedua matanya. Sebuah harapan yang sepertinya mustahil untuk
terjadi.
Namun selang waktu beberapa hari kemudian, tiba-tiba
harapan sang gadis buta ini agar dapat melihat indahnya dunia bisa terwujud!
Sebuah mukjizat kah? Mungkin saja! Ternyata ada kabar bahwa ada seseorang yang
mau mendonorkan matanya untuk si gadis. Tentu ini merupakan kabar yang
menggembirakan gadis ini. Demikian pula kekasihnya, turut merasa bahagia dan
dia pun bergegas menagih janji tersebut agar mau dilamarnya.
Singkat cerita, setelah gadis itu dapat melihat dengan kedua mata barunya, sang kekasihnya berkata,”Sekarang engkau telah dapat melihat dunia, apakah engkau mau menikah denganku?”. Jawab gadis itu,”Kita lihat saja nanti karena sepertinya kita berdua tidak ditakdirkan untuk menjadi sepasang suami istri.” Betapa kecewanya sang pemuda itu dengan jawaban kekasihnya lantas segera dia bergegas pergi dan sesampai di rumah dengan bantuan saudaranya pemuda itu berkirim surat kepada si gadis yang intinya berisi pesan bahwa gadis tersebut harus menjaga kedua matanya karena mata tersebut sebenarnya adalah miliknya.
Cerita diatas hanyalah sebuah ilustrasi yang mungkin terlalu naif namun ingin sekali ditegaskan dalam kesempatan ini adalah inti dari ceritanya yakni mungkin kita pernah menjumpai watak seperti gadis buta itu dimana dia tak pernah menghargai orang-orang yang mendukungnya saat dia berada dalam masa-masa sulit. Gadis itu lambat laun menjadi “lupa” bahwa kondisi yang dirasakannya sekarang adalah hasil bantuan dari orang lain yang telah setia membatunya selama ini. Pernahkah kita menjumpai watak seperti ini dimana berubahnya status ekonomi dan sosial dapat menjadi sebab untuk “melupakan” sahabat-sahabat sejatinya di kala masa sulit?
Cerita diatas hanyalah sebuah ilustrasi yang mungkin terlalu naif namun ingin sekali ditegaskan dalam kesempatan ini adalah inti dari ceritanya yakni mungkin kita pernah menjumpai watak seperti gadis buta itu dimana dia tak pernah menghargai orang-orang yang mendukungnya saat dia berada dalam masa-masa sulit. Gadis itu lambat laun menjadi “lupa” bahwa kondisi yang dirasakannya sekarang adalah hasil bantuan dari orang lain yang telah setia membatunya selama ini. Pernahkah kita menjumpai watak seperti ini dimana berubahnya status ekonomi dan sosial dapat menjadi sebab untuk “melupakan” sahabat-sahabat sejatinya di kala masa sulit?
Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Yohannes 15:12-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar