Instagram

Senin, 27 Januari 2014



LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA
MENGAMATI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI


Disusun oleh :
NATHALIA TIARA MULIA KARTIKA
XI IPA 8 / 24


SMA NEGERI1 KLATEN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
MENGAMATI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

A.            PERCOBAAN I ( Pengaruh Luas Permukaan dan Konsentrasi terhadap Laju Reaksi)
I.                   Tujuan
1.      Mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
2.      Mengetahui pengaruh konsentrasi zat terhadap laju reaksi.

II.                Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kamis, 03 Oktober 2013 pada pukul 06.45 – 08.15 WIB di ruang laboratorium kimia SMA Negeri 1 Klaten.

III.             Alat dan Bahan
Alat :
1.      Neraca
2.      Baskom
3.      Sendok
4.      Pipet
5.      Mortar dan alu
6.      Gelas ukur 25 mL
7.      Pipa penghubung
8.      Karet penutup tabung reaksi berlubang
9.      Stopwatch


Bahan :

1.   Pualam (CaCO3) bongkah
2.   Pualam (CaCO3) keping
3.   Pualam (CaCO3) serbuk
4.   Larutan 10 mL HCl 0, 2 M
5.   Larutan 10 mL HCl 0,1 M




IV.             Langkah Kerja
1.    Menyiapkan alat dan bahan.
2.    Mengambil batu pualam kemudian menumbuknya dengan alu dan mortar hingga bentuknya menjadi bongkahan pualam.
3.    Mengambil sesendok bongkahan pualam tersebut.
4.    Mengisi baskom dengan air hingga penuh.
5.    Memasukkan gelas ukur ke dalam baskom, kemudian gelas ukur dibalik. Ketika membalik gelas ukur jangan sampai terdapat gelembung udara di dalam gelas ukur.
6.    Memasukkan pipa penghubung ke dalam gelas ukur.
7.    Memasukkan 10 mL larutan HCl 0,2 M dengan ke dalam tabung reaksi.
8.    Memasukkan satu sendok pualam (CaCO3) bongkah ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL larutan HCl 0,2 M.
9.    Segera menutup tabung reaksi dengan karet penutup dan menghubungkan tabung tersebut dengan pipa penghubung sehingga terhubung dengan gelas ukur yang berada di dalam baskom.
10.  Mencatat waktu yang diperlukan dengan menggunakan stopwatch hingga terbentuk gelmbung-gelembung gas sebanyak 10 mL gas.
11.  Mengulangi langkah kerja 2 dan 3 tetapi batu pualam ditumbuk hingga menjadi kepingan.
12.  Mengambil sesendok  kepingan batu pualam tersebut.
13.  Memasukkan satu sendok pualam (CaCO3) keping ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL larutan HCl 0,2 M.
14.  Segera menutup tabung reaksi dengan karet penutup dan menghubungkan tabung tersebut dengan pipa penghubung sehingga terhubung dengan gelas ukur yang berada di dalam baskom.
15.  Mengulangi langkah kerja 10.
16.  Mengulangi langkah kerja 2 dan 3 tetapi batu pualam ditumbuk hingga menjadi berbentuk serbuk.
17.  Memasukkan satu sendok pualam (CaCO3) serbuk ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL larutan HCl 0,2 M.
18.  Mengulangi langkah kerja 9 dan 10.
19.  Melakukan kembali langkah kerja 2 – 18 dengan mengganti larutan 10 mL HCl 0,2 M dengan larutan 10 mL HCl 0,1 M.


V.                Hasil Pengamatan
No
Bentuk Pualam
Waktu yang diperlukan untuk memperoleh 10 mL gas apabila direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,2 M
Waktu yang diperlukan untuk memperoleh 10 mL gas apabila direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M
1
Bongkah
3,26
8,35
2
Keping
2,53
Data tidak diperoleh
3
Serbuk
2,81
Data tidak diperoleh
                       

VI.             Analisis Data
1.      Serbuk memiliki luas permukaan yang terbesar karena luas permukaan dapat dihitung dengan mengalikan luas permukaan satu serbuk dengan jumlah serbuk. Demikan juga halnya dengan pualam keoing dan bongkah. Sehingga :
Luas permukaan pualam serbuk > pualam keping  >  pualam bongkah
Jadi dapat diketahui bahwa semakin halus(kecil) partikel dari suatu zat padat maka total luas permukaannya semakin besar.

2.      Dari data hasil pengamatan, untuk mendapatkan 10 mL gas ketika larutan direaksikan dengan pualam (CaCO3) serbuk lebih cepat didapatkan gelembung gas dibandingkan dengan pualam (CaCO3) keping dan pualam (CaCO3) keeping lebih cepat didapatkan gelembung gas dibandingkan dengan pualam (CaCO3) bongkah. Sehingga dapat dibuat grafik :

3.      Data yang didapatkan tidak sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kesalahan pada saat melakukan praktikum sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai teori.  Kesalahan tersebut ialah pada saat melakukan pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch praktikan kurang jeli dan teliti ketika mengukur. Kesalahan tersebut terdapat pada data pualam serbuk direaksikan dengan HCl 0,2 M yang seharusnya secara teori memerlukan waktu yang paling cepat namun data yang didapatkan justru memerlukan waktu lebih banyak daripada pualam kepingan.

4.      Dari grafik tersebut (pada hal ini dapat dibandingkan antara data pualam bongkah dengan pualam keping tidak dengan pualam serbuk karena data pada pualam serbuk terdapat kesalahan ketika mengukur data), dapat diketahui bahwa semakin halus(kecil) partikel dari suatu zat padat maka total luas permukaan bidang sentuh semakin besar, maka semakin besar tumbukan yang terjadi antar partikel, semakin besar peluang terjadi reaksi sehingga mengakibatkan laju reaksi pun semakin cepat. Bentuk pualam yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu selama berbagai bentuk pualam memiliki takaran yang sama, semakin halus (kecil) dan banyak jumlah pualam itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi, sedangkan semakin kasar (besar) pualam, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Maka secara ringkas didapatkan suatu hasil bahwa semakin luas bidang sentuh ( luas permukaan) suatu zat padat maka semakin cepat laju reaksinya.

5.      Dari data hasil pengamatan, untuk mendapatkan 10 mL gas ketika berbagai bentuk batu pualam direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,2 M memerlukan waktu yang lebih cepat dibandingkan ketika direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M. Sehingga dapat dibuat grafik :

Pada percobaan ini kelompok praktikum tidak mendapatkan hasil pengukuran waktu yang diperlukan untuk memperoleh 10 mL gas apabila bongkahan dan serbuk  direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M. Namun, praktikan telah mencatat pengukuran waktu apabila kepingan pualam direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M.

6.      Meskipun data yang didapatkan kurang lengkap, namun dapat dibandingkan antara kepingan + 10 mL larutan HCl 2 M dengan kepingan + 10 mL larutan HCl 1M. Dari data ini sudah dapat ditarik suatu analisis bahwa konsentrasi berpengaruh terhadap laju reaksi.

7.       Pengukuran waktu pada larutan HCl 2 M lebih cepat daripada waktu yang tercatat pada larutan HCl 1M. Larutan HCl 2 M konsentrasinya lebih besar sehingga mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga  partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibandingkan dengan  larutan HCl 1 M.

8.      Semakin pekat konsentrasi HCl, maka jumlah partikelnya semakin banyak.   Partikel pada HCl 2 M susunannya lebih rapat, sehingga akan lebih sering bertumbukan dibandingkan dengan partikel HCl 1 M yang susunannya lebih renggang, sehingga pada larutan HCl 2 M kemungkinan terjadinya reaksi makin besar atau cepat.  Maka didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat laju reaksinya.

VII.          Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan berbagai analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Semakin luas bidang sentuh ( luas permukaan) suatu zat padat maka semakin cepat laju reaksinya.
2.      Semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat laju reaksinya.

VIII.       Kesalahan
1.      Kesalahan pada saat pengukuran sehingga terdapat data yang tidak sesuai dengan teori.
2.      Kurang cepatnya menutup tabung reaksi dengan karet penutup karena karet penutup tersebut memang sulit untuk dimasukkan dengan cepat.

IX.             Kendala Pada Saat Praktikum
1.      Jumlah mortar dan alu hanya satu tetapi digunakan secara bergantian oleh 4 kelompok sehingga menghambat jalannya praktikum.
2.      Pipa penghubung yang digunakan terlalu pendek sehingga membuat ketidaknyamanan praktikan ketika praktikum.



















B.  PERCOBAAN 2 (Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi)
I.                   Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap laju reaksi.

II.                Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kamis, 03 Oktober 2013 pada pukul 06.45 – 08.15 WIB di ruang laboratorium kimia SMA Negeri 1 Klaten.

III.             Alat dan Bahan
Alat :
1.      Gelas kimia
2.      Gelas ukur
3.      Pipet
4.      Termometer
5.      Pembakar spiritus
6.      Kaki tiga dan kasa
7.      Stopwatch
8.      Kertas putih dan bolpoin
Bahan :
1.      Larutan HCl 1 M
2.      Larutan HCl 2 M
3.      Larutan Na2S2O3

IV.             Langkah Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Membuat tanda silang pada kertas putih dengan menggunakan bolpoin.
3.      Memasukkan 50 mL larutan Na2S2O3 ke dalam gelas kimia  dan meletakkan gelas di atas kertas yang telah diberi tanda silang. Untuk memperoleh volume larutan yang tepat digunakan pipet, pipet yang telah dipakai untuk mengambil larutan Na2S2O3 tidak boleh digunakan untuk mengambil larutan yang lain.
4.      Mengukur volume larutan HCl 2 M tepat 3 mL dengan menggunakan gelas ukur.
5.      Menghitung suhu larutan Na2S2O3.
6.      Memasukkan larutan 3 mL HCl 2M ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M.
7.      Mencatat waktu dengan stopwatch sejak penambahan HCl sampai kertas bertanda silang tidak terlihat dari atas mulut gelas. (Hasil pengukuran sebagai data Percobaan 1 yang dapat dilihat pada table data hasil pengamatan )
8.      Membuang isi gelas kimia tersebut dan segera mencuci agar endapan belerang tidak sulit untuk dihilangkan dari gelas.
9.      Mengulangi langkah kerja 3 kemudian memanaskan larutan tersebut dengan pembakar spiritus yang telah disiapkan hingga suhu bertambah 10° C dari suhu awal.
10.  Mengulangi langkah kerja 4 dan 6, kemudian mencatat waktu sejak penambahan HCl sampai kertas bertanda silang tidak terlihat. (Hasil pengukuran sebagai data Percobaan 2 )
11.  Membuang isi gelas kimia tersebut dan segera mencuci agar endapan belerang tidak sulit untuk dihilangkan dari gelas.
12.  Mengulangi langkah kerja 3.
13.  Mengulangi langkah 4 dengan mengganti 3 mL larutan HCl 2 M dengan 3 mL larutan HCl 1 M, kemudian memasukkan larutan HCl tersebut ke dalam gelas kimia.
14.  Mencatat waktu dengan stopwatch sejak penambahan HCl sampai kertas bertanda silang tidak terlihat. (Hasil pengukuran sebagai data Percobaan 3)
15.  Membuang hasil reaksi dan mencuci gelas kimia agar endapan belerang tidak melekat pada dasar gelas kimia karena reaksi tersebut menghasilkan belerang, reaksinya :
2HCl(aq) + Na2S2O3(aq)                2NaCl(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(l)

V.                Hasil Pengamatan
Gelas Kimia
Suhu (°C)
Waktu (detik)
Percobaan I
29
51
0,0196
Percobaan II
39
35
0,029
Percobaan III
29
86
0,012

Keterangan :
1.         Gelas kimia percobaan I           : 50  larutan Na2S2O3 + 3 mL larutan HCl 2 M pada saat suhu normal.
2.         Gelas kimia percobaan II        : 50  larutan Na2S2O3 + 3 mL larutan HCl 2 M pada suhu 10°C di atas normal.
3.         Gelas kimia percobaan III       : 50  larutan Na2S2O3 + 3 mL larutan HCl 1 M pada saat suhu normal.

VI.             Pembahasan
1.      Apabila dibandingkan antara percobaan I dan II, percobaan II memerlukan waktu yang lebih sedikit. Hal ini dibedakan oleh suhunya. Suhu pada percobaan II dinaikkan 10°C.

2.      Kenaikan suhu reaksi pada percobaan II menyebabkan partikel-partikel zat pada percobaan II menyerap energi (kalor) sehingga mengakibatkan bertambahnya energi kinetik molekul-molekul pereaksi maka energi kinetiknya melebihi harga energi aktivasi. Hal ini  menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga  tumbukan yang terjadi semakin efektif dan sering sehingga laju reaksi semakin cepat. Ini berarti bahwa semakin besar suhu maka semakin cepat laju reaksinya.

3.      Pada percobaan ini suhu dinaikkan 10°C karena secara teori laju reaksi akan menjadi dua kali lebih cepat dan waktunya  kali lebih cepat dari semula. Namun hasil yang didapatkan pada praktikum ini ketika suhu 29°C diperlukan waktu 51 detik sedangkan ketika suhu telah dinaikkan 10°C diperlukan waktu 35 detik. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori, hal ini disebabkan oleh karena adanya kesalahan pada saat praktikum yaitu kurangnya ketelitian ketika mengukur waktu dan seharusnya percobaan untuk kenaikan suhu dilakukan berulang kali dengan kelipatan suhu dari 10°C sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

4.      Apabila dibandingkan antara percobaan I dan III, percobaan  I memerlukan waktu yang lebih cepat. Hal ini dibedakan oleh konsentrasinya. Pada percobaan I konsentrasinya 0,2 M sedangkan percobaan III konsentrasinya 0,1 M.

5.      Percobaan I konsentrasinya lebih besar sehingga mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga  partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibandingkan dengan percobaan II. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi pada percobaan II makin besar dibandingkan dengan percobaan  I.  Maka didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat laju reaksinya.

VII.          Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan berbagai analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu maka semakin cepat laju reaksi :
1.      Semakin besar suhu maka semakin cepat laju reaksinya. Pada umumnya ketika suhu dinaikkan 10°C reaksi akan menjadi dua kali lebih cepat dan waktunya  dari semula. Namun pada praktikum ini hasil waktu tidak yang didapatkan lebih dari  semula karena terdapat kesalahan.
2.      Semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat laju reaksinya.

VIII.       Kesalahan
1.      Kurangnya ketelitian ketika mengukur waktu dengan menggunakan stopwatch.
2.      Seharusnya percobaan untuk kenaikan suhu dilakukan berulang kali dengan kelipatan suhu dari 10°C sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.

IX.             Kendala Pada Saat Praktikum
1.      Kesalahan paralaks ketika mengukur volume HCl dan Na2S2O3.
2.      Ketika menaikkan 10°C suhu Na2S2O3 sehingga menjadi 39°C terjadi kendala yaitu suhu pada awalnya suhu melebihi 39°C, namun praktikan menunggu suhu tersebut hingga turun menjadi tepat 39°C kemudian baru mereaksikan zat tersebut dengan HCl.
















C.                PERCOBAAN 3 (Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi)

I.                   Tujuan
Mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi.

II.                Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kamis, 03 Oktober 2013 pada pukul 06.45 – 08.15 WIB di ruang laboratorium kimia SMA Negeri 1 Klaten.

III.             Alat dan Bahan
Alat :
1.      Gelas ukur
2.      Gelas kimia
3.      3 tabung reaksi
4.      Pipet ukur
Bahan :
1.      Larutan hidrogen peroksida 5%
2.      Larutan NaCl 0,1 M
3.      Larutan FeCl3 0,1 M

IV.             Langkah Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan.
2.      Memasukkan Larutan hidrogen peroksida 5% ke dalam gelas ukur sebanyak 10 mL. (pada percobaan ini praktikan mengambil 10 mL, pada percobaan ini volume tidak mempengaruhi reaksi)
3.      Memasukkan larutan tersebut ke dalam tabung reaksi.
4.      Melakukan langkah 1 dan 2 sebanyak 3 kali hingga didapatkan 3 tabung reaksi terisi hidrogen peroksida.
4.      Pada tabung reaksi II ditambahkan 2 mL larutan NaCl 0,1 M kemudian mengamati hal yang terjadi pada tabung tersebut dengan cara membandingkan dengan tabung reaksi I.
5.      Pada tabung reaksi III ditambahkan 2 mL larutan FeCl3 0,1 M kemudian mengamati hal yang terjadi pada tabung tersebut dengan cara membandingkan dengan tabung reaksi I.

V.                Hasil Pengamatan
1.      Larutan H2O2 dalam gelas kimia, terjadi :
1)   Pada larutan ini terdapat sangat sedikit gelembung gas.
2)   Penguraian H2O2 sangat lambat.
2.      Larutan H2O2 + larutan NaCl 0,1 M, terjadi :
1)   Pada larutan ini terdapat sangat sedikit gelembung gas.
2)   Tidak terjadi perubahan ketika sebelum dan sesudah ditambahkan NaCl. Kecepatan timbulnya gelembung gas berlangsung sangat lambat.
3)   Penambahan gelembung gas sangat lambat dan sedikit.
4)   Tidak tejadi perubahan warna pada larutan
3.      Larutan H2O2 + Larutan FeCl3 0,1 M, terjadi :
1)      Terdapat banyak gelembung gas.
2)      Kecepatan timbulnya gas sangat cepat.
3)       Tabung reaksi menjadi panas ketika dipegang, hal ini menunjukan bahwa terjadi kenaikan suhu.
4)      Warna larutan pada awalnya kuning kecoklatan kemudian menjadi kuning kecoklat-coklatan pekat namun lama kelamaan larutan tersebut berangsur menjadi kuning membening seperti pada awal reaksi.
5)      Pada larutan yang terdapat pada bagian bawah tabung reaksi mulai berangsur membening.


VI.             Analisis Data
1.      Pada Larutan H2O2 + larutan NaCl 0,1 M apabila dibandingkan dengan Larutan H2O2 ialah tetap sama. NaCl tidak mempengaruhi proses penguraian H2O2  karena gelembung gas yang timbul tetap sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa NaCl bukan merupaka katalis bagi H2O2 dengan alasan karena reaksi berlangsung sangat lambat sama seperti H2O2  tanpa NaCl.

2.      Pada larutan H2O2 + larutan FeCl3 0,1 M apabila dibandingkan dengan Larutan H2O2, pada larutan ini terdapat banyak sekali gelembung udara yang timbul begitu cepat. Terjadi perubahan dalam hal warna, kecepatan reaksi, jumah gelembung gas yang dihasilkan, dan suhu.


3.      Berdasarkan pembahasan 1 dan 2, yang berfungsi sebagai katalisator ialah FeCl3 karena larutan FeCl3 0,1 M dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi, FeCl3 mengalami perubahan yang sementara yaitu tidak kekal, hal ini dibuktikan dengan dengan banyaknya gelembung gas yang timbul dengan kecepatan yang sangat cepat dan lama kelamaan pada dasar tabung reaksi akan membening hingga ke atas, produk reaksi yang dihasilkan semakin banyak. Ini berarti dengan adanya katalis, reaksi berlangsung cepat, tanpa katalis reaksi berlangsung lambat.

4.      FeCl3 sebagai katalisator dapat mempercepat penguraian H2O2 dengan menurunkan energi aktivasi sehingga terjadi tumbukan efektif. Ini berarti dengan adanya katalis, reaksi berlangsung cepat, tanpa katalis reaksi berlangsung lambat.

VII.          Kesimpulan
Dari hasil percobaan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu bahwa dengan adanya katalis, reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
D.                Kesimpulan dari Percobaan I, II, dan III
Dari percobaan I, II, dan II dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan, konsentrasi, suhu, dan katalis, dengan pengaruh sebagai berikut :
1.  Semakin luas bidang sentuh ( luas permukaan) suatu zat padat maka semakin cepat laju reaksinya.
2.  Semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat laju reaksinya.
3.  Semakin besar suhu maka semakin cepat laju reaksinya. Pada umumnya ketika suhu dinaikkan 10°C reaksi akan menjadi dua kali lebih cepat dan waktunya  dari semula.
4.  Dengan adanya katalis, reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

E.     Kesalahan Umum
Praktikum yang dilakukan pada saat yang sama dan pada tempat yang sama ini menghasilkan data yang meliki beragam variasi yang didapat dari kelompok I – IV. Praktikan menganalisis bahwa didapatnya perbedaan ini disebabkan oleh karena :
1.      Kesalahan paralaks.
2.      Ketidaktelitian tiap individu dalam kelompok pada saat praktikum.
3.      Perbedaan variable data yang digunakan. Hal ini terdapat ketika kelompok I dan II menggunakan 25 mL HCl sedangkan kelompok II dan IV menggunakan 50 mL HCl pada saat percobaan mengamat pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.




LAMPIRAN
Percobaan I ( Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi)

Percobaan II ( Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi)





Percobaan III (Pengaruh Katalis terhdapap Laju Reaksi)
Daftar Pustaka
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2010. Chemistry 2 For Senior High School Year XI. -:             Yudhistira.
Purba, Michael dan Sunardi. 2006. Kimia 2 untuk SMA / ma Kelas XI. - : Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar