LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA
MENGAMATI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
Disusun oleh :
NATHALIA TIARA MULIA KARTIKA
XI IPA 8 / 24
SMA NEGERI1 KLATEN
TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
MENGAMATI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
A.
PERCOBAAN I ( Pengaruh Luas Permukaan dan
Konsentrasi terhadap Laju Reaksi)
I.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
2.
Mengetahui
pengaruh konsentrasi zat terhadap laju reaksi.
II.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kamis, 03 Oktober 2013 pada pukul 06.45 –
08.15 WIB di ruang laboratorium kimia SMA Negeri 1 Klaten.
III.
Alat dan Bahan
Alat :
1.
Neraca
2.
Baskom
3.
Sendok
4.
Pipet
5.
Mortar
dan alu
6.
Gelas
ukur 25 mL
7.
Pipa
penghubung
8.
Karet
penutup tabung reaksi berlubang
9.
Stopwatch
Bahan :
1.
Pualam
(CaCO3) bongkah
2.
Pualam
(CaCO3) keping
3.
Pualam
(CaCO3) serbuk
4.
Larutan
10 mL HCl 0, 2 M
5.
Larutan
10 mL HCl 0,1 M
IV.
Langkah Kerja
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Mengambil
batu pualam kemudian menumbuknya dengan alu dan mortar hingga bentuknya menjadi
bongkahan pualam.
3.
Mengambil
sesendok bongkahan pualam tersebut.
4.
Mengisi
baskom dengan air hingga penuh.
5.
Memasukkan
gelas ukur ke dalam baskom, kemudian gelas ukur dibalik. Ketika membalik gelas
ukur jangan sampai terdapat gelembung udara di dalam gelas ukur.
6.
Memasukkan
pipa penghubung ke dalam gelas ukur.
7.
Memasukkan
10 mL larutan HCl 0,2 M dengan ke dalam tabung reaksi.
8.
Memasukkan
satu sendok pualam (CaCO3) bongkah ke dalam tabung reaksi yang
berisi 10 mL larutan HCl 0,2 M.
9.
Segera
menutup tabung reaksi dengan karet penutup dan menghubungkan tabung tersebut
dengan pipa penghubung sehingga terhubung dengan gelas ukur yang berada di
dalam baskom.
10. Mencatat waktu yang diperlukan dengan
menggunakan stopwatch hingga terbentuk gelmbung-gelembung gas sebanyak 10 mL
gas.
11. Mengulangi langkah kerja 2 dan 3 tetapi batu
pualam ditumbuk hingga menjadi kepingan.
12. Mengambil sesendok kepingan batu pualam tersebut.
13. Memasukkan satu sendok pualam (CaCO3)
keping ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL larutan HCl 0,2 M.
14. Segera menutup tabung reaksi dengan karet
penutup dan menghubungkan tabung tersebut dengan pipa penghubung sehingga
terhubung dengan gelas ukur yang berada di dalam baskom.
15. Mengulangi langkah kerja 10.
16. Mengulangi langkah kerja 2 dan 3 tetapi batu
pualam ditumbuk hingga menjadi berbentuk serbuk.
17. Memasukkan satu sendok pualam (CaCO3)
serbuk ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 mL larutan HCl 0,2 M.
18. Mengulangi langkah kerja 9 dan 10.
19. Melakukan kembali langkah kerja 2 – 18 dengan
mengganti larutan 10 mL HCl 0,2 M dengan larutan 10 mL HCl 0,1 M.
V.
Hasil Pengamatan
No
|
Bentuk Pualam
|
Waktu yang diperlukan untuk memperoleh 10 mL gas
apabila direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,2 M
|
Waktu yang diperlukan untuk memperoleh 10 mL gas
apabila direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M
|
1
|
Bongkah
|
3,26
|
8,35
|
2
|
Keping
|
2,53
|
Data tidak diperoleh
|
3
|
Serbuk
|
2,81
|
Data tidak diperoleh
|
VI.
Analisis Data
1.
Serbuk
memiliki luas permukaan yang terbesar karena luas permukaan dapat dihitung
dengan mengalikan luas permukaan satu serbuk dengan jumlah serbuk. Demikan juga
halnya dengan pualam keoing dan bongkah. Sehingga :
Luas permukaan pualam serbuk > pualam
keping > pualam bongkah
Jadi dapat diketahui bahwa semakin halus(kecil) partikel dari suatu zat
padat maka total luas permukaannya semakin besar.
2.
Dari
data hasil pengamatan, untuk mendapatkan 10 mL gas ketika larutan direaksikan
dengan pualam (CaCO3) serbuk lebih cepat didapatkan gelembung gas dibandingkan
dengan pualam (CaCO3) keping dan pualam (CaCO3) keeping lebih
cepat didapatkan gelembung gas dibandingkan dengan pualam (CaCO3) bongkah.
Sehingga dapat dibuat grafik :
3.
Data
yang didapatkan tidak sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya kesalahan pada saat melakukan praktikum sehingga hasil yang didapatkan
tidak sesuai teori. Kesalahan tersebut
ialah pada saat melakukan pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch
praktikan kurang jeli dan teliti ketika mengukur. Kesalahan tersebut terdapat
pada data pualam serbuk direaksikan dengan HCl 0,2 M yang seharusnya secara
teori memerlukan waktu yang paling cepat namun data yang didapatkan justru
memerlukan waktu lebih banyak daripada pualam kepingan.
4.
Dari
grafik tersebut (pada hal ini dapat dibandingkan
antara data pualam bongkah dengan pualam keping tidak dengan pualam serbuk
karena data pada pualam serbuk terdapat kesalahan ketika mengukur data), dapat
diketahui bahwa semakin halus(kecil) partikel dari suatu zat padat maka
total luas permukaan bidang sentuh semakin
besar, maka semakin besar tumbukan yang terjadi antar partikel, semakin besar
peluang terjadi reaksi sehingga mengakibatkan laju reaksi pun semakin cepat. Bentuk pualam yang direaksikan juga
turut berpengaruh, yaitu selama berbagai bentuk pualam memiliki takaran yang
sama, semakin halus (kecil) dan banyak jumlah pualam itu, maka semakin cepat
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi, sedangkan semakin kasar (besar) pualam,
maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi. Maka secara
ringkas didapatkan suatu hasil bahwa semakin
luas bidang sentuh ( luas permukaan) suatu zat padat maka semakin cepat laju
reaksinya.
5.
Dari
data hasil pengamatan, untuk mendapatkan 10 mL gas ketika berbagai bentuk batu
pualam direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,2 M memerlukan waktu yang lebih
cepat dibandingkan ketika direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M. Sehingga
dapat dibuat grafik :
Pada percobaan ini kelompok praktikum tidak
mendapatkan hasil pengukuran waktu yang diperlukan untuk memperoleh 10 mL gas
apabila bongkahan dan serbuk direaksikan
dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M. Namun, praktikan telah mencatat pengukuran
waktu apabila kepingan pualam direaksikan dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M.
6.
Meskipun
data yang didapatkan kurang lengkap, namun dapat dibandingkan antara kepingan +
10 mL larutan HCl 2 M dengan kepingan + 10 mL larutan HCl 1M. Dari data ini
sudah dapat ditarik suatu analisis bahwa konsentrasi berpengaruh terhadap laju
reaksi.
7.
Pengukuran waktu pada larutan HCl 2 M lebih
cepat daripada waktu yang tercatat pada larutan HCl 1M. Larutan HCl 2 M konsentrasinya lebih besar sehingga mengandung jumlah
partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun
lebih rapat dibandingkan dengan larutan HCl 1 M.
8.
Semakin pekat konsentrasi HCl, maka jumlah partikelnya
semakin banyak. Partikel pada HCl 2 M susunannya lebih rapat, sehingga
akan lebih sering bertumbukan dibandingkan dengan partikel HCl 1 M yang
susunannya lebih renggang, sehingga pada larutan HCl 2 M kemungkinan
terjadinya reaksi makin besar atau cepat. Maka didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka
semakin cepat laju reaksinya.
VII.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan berbagai analisis
data di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Semakin
luas bidang sentuh ( luas permukaan) suatu zat padat maka semakin cepat laju
reaksinya.
2.
Semakin
tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat laju reaksinya.
VIII. Kesalahan
1.
Kesalahan
pada saat pengukuran sehingga terdapat data yang tidak sesuai dengan teori.
2.
Kurang
cepatnya menutup tabung reaksi dengan karet penutup karena karet penutup
tersebut memang sulit untuk dimasukkan dengan cepat.
IX.
Kendala Pada Saat Praktikum
1.
Jumlah
mortar dan alu hanya satu tetapi digunakan secara bergantian oleh 4 kelompok
sehingga menghambat jalannya praktikum.
2.
Pipa
penghubung yang digunakan terlalu pendek sehingga membuat ketidaknyamanan
praktikan ketika praktikum.
B. PERCOBAAN
2 (Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi)
I.
Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi
terhadap laju reaksi.
II.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kamis, 03 Oktober 2013 pada pukul 06.45 –
08.15 WIB di ruang laboratorium kimia SMA Negeri 1 Klaten.
III.
Alat dan Bahan
Alat :
1.
Gelas kimia
2.
Gelas
ukur
3.
Pipet
4.
Termometer
5.
Pembakar
spiritus
6.
Kaki
tiga dan kasa
7.
Stopwatch
8.
Kertas
putih dan bolpoin
Bahan :
1.
Larutan
HCl 1 M
2.
Larutan
HCl 2 M
3.
Larutan
Na2S2O3
IV.
Langkah Kerja
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Membuat
tanda silang pada kertas putih dengan menggunakan bolpoin.
3.
Memasukkan
50 mL larutan Na2S2O3 ke dalam gelas kimia dan meletakkan gelas di atas kertas yang
telah diberi tanda silang. Untuk memperoleh volume larutan yang tepat digunakan
pipet, pipet yang telah dipakai untuk mengambil larutan Na2S2O3
tidak boleh digunakan untuk mengambil larutan yang lain.
4.
Mengukur
volume larutan HCl 2 M tepat 3 mL dengan menggunakan gelas ukur.
5.
Menghitung
suhu larutan Na2S2O3.
6.
Memasukkan
larutan 3 mL HCl 2M ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan larutan Na2S2O3
0,1 M.
7.
Mencatat
waktu dengan stopwatch sejak penambahan HCl sampai kertas bertanda silang tidak
terlihat dari atas mulut gelas. (Hasil pengukuran sebagai data Percobaan 1 yang
dapat dilihat pada table data hasil pengamatan )
8.
Membuang
isi gelas kimia tersebut dan segera mencuci agar endapan belerang tidak sulit
untuk dihilangkan dari gelas.
9.
Mengulangi
langkah kerja 3 kemudian memanaskan larutan tersebut dengan pembakar spiritus
yang telah disiapkan hingga suhu bertambah 10° C dari suhu awal.
10. Mengulangi langkah kerja 4 dan 6, kemudian
mencatat waktu sejak penambahan HCl sampai kertas bertanda silang tidak
terlihat. (Hasil pengukuran sebagai data Percobaan 2 )
11. Membuang isi gelas kimia tersebut dan segera
mencuci agar endapan belerang tidak sulit untuk dihilangkan dari gelas.
12. Mengulangi langkah kerja 3.
13. Mengulangi langkah 4 dengan mengganti 3 mL
larutan HCl 2 M dengan 3 mL larutan HCl 1 M, kemudian memasukkan larutan HCl
tersebut ke dalam gelas kimia.
14. Mencatat waktu dengan stopwatch sejak
penambahan HCl sampai kertas bertanda silang tidak terlihat. (Hasil pengukuran
sebagai data Percobaan 3)
15. Membuang hasil reaksi dan mencuci gelas kimia
agar endapan belerang tidak melekat pada dasar gelas kimia karena reaksi
tersebut menghasilkan belerang, reaksinya :
2HCl(aq) + Na2S2O3(aq) 2NaCl(aq) + SO2(g)
+ S(s) + H2O(l)
V.
Hasil Pengamatan
Gelas Kimia
|
Suhu (°C)
|
Waktu (detik)
|
|
Percobaan I
|
29
|
51
|
0,0196
|
Percobaan II
|
39
|
35
|
0,029
|
Percobaan III
|
29
|
86
|
0,012
|
Keterangan :
1.
Gelas
kimia percobaan I : 50
larutan Na2S2O3 + 3 mL
larutan HCl 2 M pada saat suhu normal.
2.
Gelas
kimia percobaan II : 50 larutan Na2S2O3 +
3 mL larutan HCl 2 M pada suhu 10°C di atas normal.
3.
Gelas
kimia percobaan III : 50 larutan Na2S2O3 +
3 mL larutan HCl 1 M pada saat suhu normal.
VI.
Pembahasan
1.
Apabila
dibandingkan antara percobaan I dan II, percobaan II memerlukan waktu yang
lebih sedikit. Hal ini dibedakan oleh suhunya. Suhu
pada percobaan II dinaikkan 10°C.
2.
Kenaikan suhu reaksi pada percobaan II menyebabkan
partikel-partikel zat pada percobaan II menyerap energi (kalor) sehingga
mengakibatkan bertambahnya energi kinetik molekul-molekul pereaksi maka energi
kinetiknya melebihi harga energi aktivasi. Hal ini menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin efektif dan sering
sehingga laju reaksi semakin cepat. Ini berarti bahwa semakin besar suhu
maka semakin cepat laju reaksinya.
3.
Pada
percobaan ini suhu dinaikkan 10°C karena secara teori laju reaksi akan menjadi
dua kali lebih cepat dan waktunya
kali lebih cepat dari semula. Namun hasil yang
didapatkan pada praktikum ini ketika suhu 29°C diperlukan waktu 51 detik
sedangkan ketika suhu telah dinaikkan 10°C diperlukan waktu 35 detik. Hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan teori, hal ini disebabkan oleh karena adanya kesalahan pada saat
praktikum yaitu kurangnya ketelitian ketika mengukur waktu dan seharusnya
percobaan untuk kenaikan suhu dilakukan berulang kali dengan kelipatan suhu
dari 10°C sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.
4.
Apabila
dibandingkan antara percobaan I dan III, percobaan I memerlukan waktu yang lebih cepat. Hal ini
dibedakan oleh konsentrasinya. Pada percobaan I konsentrasinya 0,2 M sedangkan percobaan
III konsentrasinya 0,1 M.
5.
Percobaan
I konsentrasinya lebih besar sehingga mengandung
jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya
tersusun lebih rapat dibandingkan dengan percobaan II. Partikel yang
susunannya lebih rapat, akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan partikel
yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi pada percobaan
II makin besar dibandingkan dengan percobaan I.
Maka didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin
cepat laju reaksinya.
VII.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan berbagai analisis
data di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar suhu maka semakin cepat laju
reaksi :
1.
Semakin
besar suhu maka semakin cepat laju reaksinya. Pada umumnya ketika suhu
dinaikkan 10°C reaksi akan menjadi dua kali lebih cepat dan waktunya
dari semula. Namun pada praktikum ini hasil
waktu tidak yang didapatkan lebih dari
semula karena terdapat kesalahan.
2.
Semakin
tinggi konsentrasi suatu zat maka semakin cepat laju reaksinya.
VIII. Kesalahan
1.
Kurangnya
ketelitian ketika mengukur waktu dengan menggunakan stopwatch.
2.
Seharusnya
percobaan untuk kenaikan suhu dilakukan berulang kali dengan kelipatan suhu
dari 10°C sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuai dengan teori.
IX.
Kendala Pada Saat Praktikum
1.
Kesalahan
paralaks ketika mengukur volume HCl dan Na2S2O3.
2.
Ketika
menaikkan 10°C suhu Na2S2O3 sehingga menjadi
39°C terjadi kendala yaitu suhu pada awalnya suhu melebihi 39°C, namun
praktikan menunggu suhu tersebut hingga turun menjadi tepat 39°C kemudian baru
mereaksikan zat tersebut dengan HCl.
C.
PERCOBAAN 3 (Pengaruh Katalis terhadap Laju
Reaksi)
I.
Tujuan
Mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
II.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kamis, 03 Oktober 2013 pada pukul 06.45 – 08.15 WIB di
ruang laboratorium kimia SMA Negeri 1 Klaten.
III.
Alat dan Bahan
Alat :
1.
Gelas
ukur
2.
Gelas
kimia
3.
3
tabung reaksi
4.
Pipet
ukur
Bahan :
1.
Larutan
hidrogen peroksida 5%
2.
Larutan
NaCl 0,1 M
3.
Larutan
FeCl3 0,1 M
IV.
Langkah Kerja
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Memasukkan
Larutan hidrogen peroksida 5% ke dalam gelas ukur sebanyak 10 mL. (pada
percobaan ini praktikan mengambil 10 mL, pada percobaan ini volume tidak
mempengaruhi reaksi)
3.
Memasukkan
larutan tersebut ke dalam tabung reaksi.
4.
Melakukan
langkah 1 dan 2 sebanyak 3 kali hingga didapatkan 3 tabung reaksi terisi hidrogen
peroksida.
4.
Pada
tabung reaksi II ditambahkan 2 mL larutan NaCl 0,1 M kemudian mengamati hal
yang terjadi pada tabung tersebut dengan cara membandingkan dengan tabung
reaksi I.
5.
Pada
tabung reaksi III ditambahkan 2 mL larutan FeCl3 0,1 M kemudian
mengamati hal yang terjadi pada tabung tersebut dengan cara membandingkan
dengan tabung reaksi I.
V.
Hasil Pengamatan
1.
Larutan
H2O2 dalam gelas kimia, terjadi :
1)
Pada
larutan ini terdapat sangat sedikit gelembung gas.
2)
Penguraian
H2O2 sangat lambat.
2.
Larutan
H2O2 + larutan NaCl 0,1 M, terjadi :
1)
Pada
larutan ini terdapat sangat sedikit gelembung gas.
2)
Tidak
terjadi perubahan ketika sebelum dan sesudah ditambahkan NaCl. Kecepatan
timbulnya gelembung gas berlangsung sangat lambat.
3)
Penambahan
gelembung gas sangat lambat dan sedikit.
4)
Tidak
tejadi perubahan warna pada larutan
3.
Larutan
H2O2 + Larutan FeCl3 0,1 M, terjadi :
1)
Terdapat
banyak gelembung gas.
2)
Kecepatan
timbulnya gas sangat cepat.
3)
Tabung reaksi menjadi panas ketika dipegang,
hal ini menunjukan bahwa terjadi kenaikan suhu.
4)
Warna
larutan pada awalnya kuning kecoklatan kemudian menjadi kuning kecoklat-coklatan
pekat namun lama kelamaan larutan tersebut berangsur menjadi kuning membening
seperti pada awal reaksi.
5)
Pada
larutan yang terdapat pada bagian bawah tabung reaksi mulai berangsur
membening.
VI.
Analisis Data
1. Pada Larutan H2O2 +
larutan NaCl 0,1 M apabila dibandingkan dengan Larutan H2O2 ialah
tetap sama. NaCl tidak
mempengaruhi proses penguraian H2O2 karena gelembung gas yang timbul tetap sedikit.
Hal ini menunjukkan bahwa NaCl bukan merupaka katalis bagi H2O2
dengan alasan karena reaksi berlangsung sangat lambat sama seperti H2O2
tanpa NaCl.
2. Pada larutan H2O2 +
larutan FeCl3 0,1 M apabila dibandingkan dengan Larutan H2O2,
pada larutan ini terdapat banyak sekali gelembung udara yang timbul
begitu cepat. Terjadi perubahan dalam hal warna, kecepatan reaksi, jumah
gelembung gas yang dihasilkan, dan suhu.
3. Berdasarkan pembahasan 1 dan 2, yang
berfungsi sebagai katalisator ialah FeCl3 karena larutan FeCl3
0,1 M dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi, FeCl3 mengalami
perubahan yang sementara yaitu tidak kekal, hal ini dibuktikan dengan dengan
banyaknya gelembung gas yang timbul dengan kecepatan yang sangat cepat dan lama
kelamaan pada dasar tabung reaksi akan membening hingga ke atas, produk reaksi
yang dihasilkan semakin banyak. Ini berarti dengan adanya katalis, reaksi
berlangsung cepat, tanpa katalis reaksi berlangsung lambat.
4. FeCl3 sebagai katalisator dapat
mempercepat penguraian H2O2 dengan menurunkan energi
aktivasi sehingga terjadi tumbukan efektif. Ini berarti dengan adanya katalis,
reaksi berlangsung cepat, tanpa katalis reaksi berlangsung lambat.
VII.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan tersebut dapat ditarik
suatu kesimpulan yaitu bahwa dengan adanya katalis, reaksi dapat berlangsung
lebih cepat.
D.
Kesimpulan dari Percobaan I, II, dan III
Dari percobaan I, II, dan II dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh luas permukaan,
konsentrasi, suhu, dan katalis, dengan pengaruh sebagai berikut :
1. Semakin luas bidang sentuh ( luas permukaan)
suatu zat padat maka semakin cepat laju reaksinya.
2. Semakin tinggi konsentrasi suatu zat maka
semakin cepat laju reaksinya.
3. Semakin besar suhu maka semakin cepat laju
reaksinya. Pada umumnya ketika suhu dinaikkan 10°C reaksi akan menjadi dua kali
lebih cepat dan waktunya
dari semula.
4. Dengan adanya katalis, reaksi dapat
berlangsung lebih cepat.
E.
Kesalahan Umum
Praktikum yang dilakukan pada saat yang sama dan pada
tempat yang sama ini menghasilkan data yang meliki beragam variasi yang didapat
dari kelompok I – IV. Praktikan menganalisis bahwa didapatnya perbedaan ini
disebabkan oleh karena :
1.
Kesalahan
paralaks.
2.
Ketidaktelitian
tiap individu dalam kelompok pada saat praktikum.
3.
Perbedaan
variable data yang digunakan. Hal ini terdapat ketika kelompok I dan II
menggunakan 25 mL HCl sedangkan kelompok II dan IV menggunakan 50 mL HCl pada
saat percobaan mengamat pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
LAMPIRAN
Percobaan I ( Pengaruh Luas Permukaan
Terhadap Laju Reaksi)
Percobaan II ( Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi)
Percobaan III (Pengaruh Katalis terhdapap
Laju Reaksi)
Daftar Pustaka
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2010. Chemistry 2 For Senior High School Year XI. -: … Yudhistira.
Purba, Michael dan Sunardi. 2006. Kimia 2 untuk SMA / ma Kelas XI. - :
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar